Believe My Feeling

Image

Fanfiction : Believe My Filling

Author : LittleDevilRa

Main Cast : Kwon Yuri, Oh Sehun

Other Cast : Xi Luhan

Leght : OneShoot

Rating : PG 17

 

Seoul, 14th December 2013

Pagi ini tidak berbeda dengan pagi dihari yang telah berlalu, nyaris gadis berambut hitam panjang itu terbangun dengan ranjang yang tidak pernah terlihat rapi. Matahari tetap terlihat terang menderang meski salju tak henti menyelimuti kota Seoul yang pagi ini sudah sangat berisik.

“Ugghh,” Yuri tidak menyadari dirinya tengah berada dalam masalah hari ini, tentu saja— Hei siapa yang tidak menyadari kalau sekarang sudah sangat siang untuk waktunya bekerja, 6:56. Apa kau berpikir untuk tetap bermalas-malasan?

“Sial! Aku terlambat,” gadis itu memekik sebal ketika melirik jam dinding tepat di depan penglihatannya, berjalan tergesa menuju wastafel yang berada di sebalah pintu kamar mandi. Tak menjelang berapa lama dia berlalu sembari sibuk membentulkan hak sepatunya. Gadis itu tak habis pikir kalau semalaman suntuk ia hanya memikirkan bocah tengil yang diselamatkannya kemarin malam-bukan berarti dia menjadi pahlawan malam bolong/?, hingga pagi gadis itu terbangun, yang ada hanya dirinya yang terlihat kacau.

“Enyah kau bocah. Berhenti mengganggu—” umpatan gadis itu terhenti ketika dia sadar saat tak ada apa-apa di tangannya.

Yuri memutar tubuhnya yang sudah berada tepat di bibir pintu, melangkah lagi ke sisi meja tidur dan merampas sebuah tas kerjanya. “Kau benar-benar buruk Yuri” dia berguman lalu mengunci pintu apartemennya.

Gadis itu melontarkan sumpah serapah begitu banyak. Entah kepada pejalan kaki yang tak sengaja ia tabrak, kepada dirinya sendiri, dan kepada beberapa klakson mobil yang membuatnya semakin jengkel pagi ini.

“Tin Tin Tin” Yuri tetap tidak bergeming dan hanya mendelik kesal ketika mendengar klakson mobil yang tidak hentinya berbunyi, tepat dibekalang tubuh gadis itu.

Yuri menghentakkan kakinya dan memutar tubuhnya sembari mengatur nafas—siap untuk meneriaki pengemudi sialan yang sepertinya tak punya pekerjaan pagi-pagi begini.

“Berhenti melakukannya, apa kau berniat menggunakan trotoar sebagai tempatmu berkendara?” Yuri memekik kencang, ia tidak menghiraukan kalau orang-orang di sekitarnya menyangka gadis berperawakan tinggi itu adalah seorang gadis sakit jiwa yang baru kabur dari selnya untuk mencari kekasih yang meninggalkannya begitu saja—ironis sekali.

Klakson itu berhenti dan terdengar kikikan dari dalam mobil tersebut. Yuri tidak habis pikir sampai akhirnya ia sadar siapa yang ada didalam mobil sialan itu. Bocah tengil yang selalu ada diotaknya sebulan terakhir ini. “Mengerikan, apa anak itu tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu hidupku?” dia berontak dalam hati.

“Aigoo Noona, idemu benar-benar brilian. Siapa sangka kalau hal se klise itu bisa membuatmu terhindar dari macet. Kau genius” suara itu masih saja terekam jelas di otak Yuri dan terngian-ngian hingga ia tidak sadar bahwa sekarang dirinya benar-benar memalukan—berdiri mematung dengan mata melotot dan mulut terbuka, nyaris sempurna untuk dijadikan patung pancuran tengah kota.

“Oh Sehun,” matanya memicing setelah menyadari keanehan yang dia lakukan. Dasar bodoh, makinya dalam hati.

“Annyeong Noona, apa kau keberatan jika aku mengantarmu? Aku benar-benar merasa hutang budi denganmu karena masalah kemaren. Kau penyelamatku Noona,” Sehun tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya berdecak kagum,. Siapa yang tidak terpesona dengan seorang pemuda tampan yang tak hentinya memperlihatkan deretan gigi rapi yang membuat sesekali matanya mengerling, persetan dengan pemuda itu masih tergolong bocah.

Yuri tetap tidak bergeming, dia sungguh tidak habis pikir, kenapa pemuda tampan yang ada didepannya ini—yang masih berumur sembilanbelas tahun, ingat SEMBILAN BELAS TAHUN yang berarti lebih muda lima tahun darinya dan bahkan bocah gila itu pernah memintanya untuk menjadi kekasihnya? Ada yang salah tentang menjadi KEKASIHNYA!! Oh persetan saja dengan wajahnya yang tampan dan terlihat polos, anak itu benar-benar membuat Yuri sakit jiwa.

Yuri sudah dewasa untuk memikirkan semua ini, ingatkan dia kalau dia sudah pantas dan harusnya sudah menikah. Tapi bagaimana bisa dia harus menerima pengakuan lucu dari bocah yang baru saja melewati masa pubertasn atau bahkan masih dalam tahap melepas masa remaja labilnya.

Yuri tahu dari awal sampai sekarang bocah itu sama sekali tidak mengindahkan penolakan yang dilakukan Yuri terhadapnya, begitu gilakan pemuda itu kepada Yuri? Oh diakui, gadis itu memang sangat cantik, namun Yuri tentu saja tidak berpikir demikian. Yuri selalu berpikir dirinya tidak pantas untuk pemuda itu, mereka sangat berbeda.

“Tidak perlu seperti itu, kau jangan pernah berpikir hal yang tidak-tidak. Aku dari awal hanya ingin menolongmu, jangan pernah berfikir aku memberimu sebuah harapan. Tidak akan sama sekali,” Yuri kembali melotot tajam dan kemudian berbalik, menyadari waktunya sudah tersita begitu lama untuk mengurus pemuda itu.

“Oh ayolah Noona, tidakkah kau mempertimbangkannya dulu sebelum menolakku? Kau bahkan tidak berpikir sedetikpun ketika memberikan jawabanmu,” Sehun masih tidak berhenti, ia terus saja mengikuti Yuri dengan mobilnya, menunggu Yuri membalas ucapannya, namun tentu saja Yuri tidak menghiraukannya, kata-kata pemuda itu sudah terlalu sering ia dengar.”Noona dengarkan aku, tidak adakah sedikitpun ruang di hatimu untukku? Kita hanya berbeda lima tahun, kau bahkan tidak terlihat tua dariku dan aku cukup pantas bersamamu. Lalu apa yang salah?” Sehun terus saja mengoceh dan tetap mensejajarkan mobilnya mengikuti Yuri.

Sehun geram karena Yuri tidak mendengarkannya, ia mendesah dan menghentikan mobilnya. Langkah lebarnya semakin mendekati Yuri, pemuda itu menyeret Yuri mendekekati mobilnya. “Yak! Oh Sehun apa yang kau lakukan?” Yuri menarik kembali tangannya, membuat Sehun berhenti.

“Apa kau ingin aku menggendongmu? Oh ayolah Noona kau benar-benar sudah terlambat. Anggap saja ini adalah balas budiku, jangan pikirkan tentang perasaanku dulu,” Yuri terdiam mendengar ucapan pemuda itu, lain halnya jika sudah seperti ini. Kau harus lihat bagaimana ekspresi sehun kala itu. Dia benar-benar seperti frustasi dan sedih. Apa kalian berpikir Yuri benar-benar gadis yang tidak punya hati?

“Pulanglah Sehun,” Yuri tertunduk tak menatap wajah pemuda itu.

Sehun meraih tangan Yuri dan mengelusnya “sekali ini saja, bisakah? Aku sungguh sangat menghawatirkanmu Yuri,” tiba-tiba saja darah gadis itu berdesis, bagaimana dengan tidak sopannya bocah itu tidak menggilnya dengan embel-embel ‘Noona’ namun entah kenapa—gadis itu tidak merasa marah, ia menikmati panggilan dari Sehun, pemuda yang kini menatapnya dengan lembut.

Yuri mendesah, dia menyesal mengenal pemuda yang ada didepannya ini, harusnya ia tetap berada di Makpo sehingga hatinya tidak seperti sekarang ini. Harusnya ia tetap mendengarkan ucapan Oppanya untuk tidak mencoba kembali hidup di Seoul. “jangan membuat ini terlihat sulit. Aku—aku terlihat seperti wanita yang sangat jahat. Kita tidak mungkin akan bisa bersama. Ini bukan hanya masalah umur, ya meski itu juga masalahnya. Tapi apa kau tidak berpikir kalau kita hanya pantas menjadi seorang kakak dan adik? Apa kau tidak memikirkan bagaimana kalau kita bersama? Aku terlalu dewasa akan dirimu, aku tidak lagi menyukuai hal-hal yang tidak berguna seperti apa yang akan kau lakukan bersama teman-temanmu. Aku hanya akan menjadi seperti seorang kakak untukmu, aku akan menceramahimu tentang hal-hal yang kau lakukan bersama teman-teman sebayamu. Aku akan selalu menganggapmu seperti bocah Sehun” sehun tak bergeming, tapi dia sungguh mencintai gadis yang ada didepannya itu.

“ayolah Noona, ini hanya masalah waktu dan kita akan bisa menyesuaikan diri. Aku akan berusaha memahamimu dan kita akan bersama” Sehun berucap dengan cengiran khasnya yang sangat tidak cocok dengan wajah dinginnya.

Yuri menatap Sehun dengan tatapan tidak percaya. “Tidak, aku tidak ingin merusak kehidupan muda seorang bocah sembilanbelas tahun. Kau hanya perlu jalani hidupmu dengan apa yang seharusnya dan jangan pernah berpikir untuk hidup denganmu. Kita sangat berbeda” Yuri mencoba berpaling dan hendak pergi.

Sehun menahan tangan Yuri. “ya, aku cukup terksan dengan ucapanmu Noona. Dan aku senang kau memikirkan tentangku dan kehidupanku. Apa dengan begitu aku hanya akan menunggu sampai aku dewasa dan hidup bersamamu” Sehun tetap tersenyum jenaka, menganggap apa yang terjadi ini seolah hanya lelucon untuknya.

Yuri jengah, dia menatap Sehun dengan tajam “sudah ku bilang kau masih terlalu muda. Kau sama sekali tidak mengerti. Menunggumu sampai dewasa? Berapa tahun lagi? Delapan atau sepuluh tahun lagi? Dan disaat itu aku sudah menjadi seorang perawan tua yang tentu saja sudah tidak pantas lagi menikah? Apa lagi memikirkan tentang seorang tante-tante menikahi pria muda yang sangat mapan. Apa kau gila?” Yuri berteriak frustasi, tidak habis pikir dengan apa yang dilontarkan Sehun sebelumnya.

“kau—kenapa begitu keras kepala” ucap sehun menatap Yuri.

Gadis itu mengerutkan keningnya. “apa yang kau bicarakan adalah dirimu sendiri Oh Sehun? Kau juga sama kerasnya.” Ucap Yuri marah.

Sehun seakan tersadar sesuatu, dia melirik sekitarnya dan mendapati beberapa orang berbisik-bisik sambil menatap kearah mereka. “Noona sebaiknya kau ikut denganku, kita terlihat seperti sepasang suami-istri yang hendak bercerai.” Sehun berucap pelan dan menatap Yuri.

Gadis itu menggeleng dan menatap tajam kearah Sehun. “aku tidak mau. Jika kau tidak mau mereka melihat kita seperti itu, sebaiknya kau pergi dari sini dengan mobilmu dan biarkan aku kekantor dengan menaiki bus” ucap Yuri memekik tertahan.

Sehun mendesah dan menatap jam tangannya. “dan kau benar-benar sudah sangat terlambat untuk mendapatkan bus sekarang Noona, bus berikutnya akan sangat lama dan sekarang saja kau sudah telah seperempat jam, ingat” Yuri terkejut dengan ucapan Sehun dan menatap jam tangannya. Mata gadis itu melotot menyadari kehancuran yang akan dia dapatkan sebentar lagi—bosnya adalah orang yang benci keterlambatan “mau aku antar atau kau kehilangan pekerjaanmu?” Yuri menatap Sehun ragu, kenapa bocah ini begitu licik? Pikirnya.

Tanpa anggukan dari Yuri, pemudah itu meyeret lengan gadis itu menuju mobilnya sedangkan Yuri hanya mendesah dan merutuku dirinya sendiri “bagaimana bisa aku meladeni bocah ini hingga aku terlambat? Dia benar-benar membawa sial”

***

Sehun memasuki kantor Yuri lebih dulu darinya, berjalan dengan langkah lebar keruangan Manager Xi.

“apa Luhan hyung ada?” Jieun yang sudah hapal kalau Sehun adalah Dongsaeng dari Luhan—manager perusaan itu mengangguk tersenyum.

“ya, apa perlu saya panggilkan tuan?” Sehun menggeleng dan berlalu membuka pintu ruangan Luhan.

“Hyung!” Luhan terkejut mendapati Sehun yang sekarang ada didepannya.

“kau kenapa?” pemuda itu tak habis pikir dengan keadaan dongsaeng yang sangat ia sayangi itu.

Sehun menatap Luhan dan mencoba mengatur napasnya, dia pamerkan cengirannya kearah Hyungnya. “maafkan aku” ucapan Sehun mendapat raut wajah bingung dari Luhan, dia—Luhan tidak memahami apa yang dimaksud oleh Sehun.

Sehun seakan mengerti dan siap menjelaskannya namun pintu ruangan seketika terbuka dan masuklah seorang gadis dengan keadaan yang tidak berbeda dengan Sehun—berantakan.

Gadis itu membungkuk takut kearah Luhan “sajangnim, mianhapnida. Saya terlambat” ketika Yuri hendak menegakkan tubuhnyan dia terkejut menyadari ada orang lain diruangan itu dan yang lebih mengejutkannya lagi yang ada didalam itu adalah Sehun “Sehun, apa yang kau lakukan disini?” Yuri bertanya dengan nada pelan dan menatap Sehun dengan tajam.

Sehun memutar bola matanya. “bisakah kau keluar, aku ingin berbicara dengan managermu ini” Yuri merasa jengkel dan menatap kearah Luhan meminta persetujuan, dan ketika matanya menghadap kearah managernya itu Yuri hanya menemukan tatapan mempersilahkan kearah Yuri. Yuri mengangguk dan berbalik untuk keluar, keningnya masih berkerut tentang kenapa Sehun ada didalam ruangan managernya dan apa yang akan pemuda itu bicarakan.

***

“kau kenapa?” Luhan menatap Sehun bingung, tidak biasanya Sehun datang kekantornya dengan keadaan seperti ini.

Sehun menatap kearah pintu untuk memastika jika Yuri benar-beanr sudah keluar. “jangan memecat Yuri” lagi-lagi Luhan dikejutkan dengan ucapan Sehun.

Luhan meletakkan pena yang sejak tadi dipegangnya dan menatap Sehun lebih serius “apa maksudmu dengan memecat Yuri dan apa hubunganmu dengannya?” Sehun seakan menyadari satu hal, kalau ia tengah tertangkap basah oleh hyungnya sendiri.

“itu—itu—ma—mmm” Luhan terkikik melihat adiknya itu salah tingkah. “ayolah Sehun, aku belum pernah melihatmu seperti ini. Kau menggelikan” wajah Luhan berubah seratusdelapanpuluh derajat, dia—pria yang sejak tadi memasang wajah serius kini merubah mimik wajahnya dengan lebih jenaka—terlihat lebih manusiawi. “atau jangan-jangan gadis yang selama ini kau bicarakan adalah dia?”sehun molotot kearah Hyungnya. Apa sebegitu terlihatkah perasaannya.

Luhan terkekeh memandang wajah adiknya yang sudah memerah itu, “well, sebenarnya kau tidak perlu melakukan itu. Aku tidak akan memecatnya. Lagi pula ini adalah keterlambatan Yuri yang pertama dan sepertinya aku tahu apa yang membuatnya terlambat. Dan kau juga harus tahu aku tidak mungkin akan memperhentikan seorang karyawan yang pekerjaannya sangat bagus. Tenang saja” setelah menyelesaikan ucapannya luhan berdehem dan kembali tersenyum simpul.

Sehun menatap hyungnya dengan wajah berbinar, dia kembali memperlihatkan egyeonya itu dan membuat Luhan terkekeh. “oke, aku tahu bagaimana kau begitu mencintainya. Tapi apa kau tidak berfikir kalau dia lebih cocok menjadi kakak iparmu?” Luhan menaikkan alisnya ketika mendapati wajah Sehun yang berubah drastis. Oh ayolah, Luhan hanya tertawa mengapa pemuda yang menjadi adiknya itu menganggapnya serius dan cemburu seperti itu.

“apapun yang terjadi aku tidak akan merestuinya dan tidak ada yang boleh merebutnya dariku” ucapan Sehun semakin membuat tawa Luhan yang sejak tadi ditahannya tak bisa bersembunyi lagi. Pemuda itu kini tertawa puas, sedangkan Sehun menatap pemuda didepannya dengan penuh selidik.

“aigoo Oh Sehun, aku hanya berpura-pura kenapa kau begitu ketakutan. Tenang saja, aku tidak akan mengambilnya darimu” tak jauh dari kedua pemuda tampan itu, Yuri menghentak-hentakkan kakinya kedinding meja kerjanya.

Yuri menulis nama Sehun benar-besar dikertas HVS kosong didepannya lalu menusuk-nusuknya dengan bolpoin yang ia pegang “kenapa aku harus bertemu dengan bocah sialan sepertimu? Matikau Oh Sehun! Mati? Eh jangan deh jangan. Arrggghhh aku sudah gilaaa” gadis itu mengacak-acak rambutnya frustasi.

“sesulit itu jatuh cinta? Kau seperti baru pertama merasakannya ms.Kwon” Yuri menghentikan kegiatannya ketika mendapati Sooyoung—sahabat sekaligus teman sepekerjaannya menatapnya dengan sebelah sudut bibir terangkat. Tangan Yuri terangkat dan tanpa Sooyoung sadari ujung rambutnya yang terjuntai kedepan itu sudah ditarik oleh Yuri.

“Ya! Kau mau mati Yuri” Sooyoung berteriak menjauh dari Yuri, beruntung hanya mereka berdua yang ada diruangan itu.

Yuri malah mendelik tidak peduli lalu mengibas-ngibaskan tangannya kearah Sooyoung. “jangan mengurusku. Kau pergi saja” Sooyoung melotot dan mengomel tidak jelas, kembali duduk ditempatnya yang semestinya.

***

“kau sudah pulang Noona?” mata Yuri melotot dan mengelus dadanya ketika menyadari bocah yang baru saja dikutuknya itu sudah ada didepannya—tepat didepan wajahnya. “kenapa kau melamun didepan lift? Apa kau memikirkanku?” alis Sehun naik-turun dengan senyum yang menggoda.

Yuri menghela nafas lalu melangkah menghindari Sehun untuk keluar dari kantor. “ayolah Noona. Kenapa kau tidak pernah mempertimbangkanku? Apa yang aku lakukan selama ini tidak bisa membuka matamu kalau aku begitu mencintaimu?” Sehun melangkah mengikuti Yuri.

Sehun mengikuti Yuri hingga akhirnya ia merasa bosan Yuri tidak berbicara apapun. Akhirnya Sehun menarik tangan Yuri kedalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana dan entah kenapa—mungkin gadis itu lelah sehingga ia tidak melawan apa yang Sehun lakukan padanya “Noona kau membuatku benar-benar gila, aku tidak pernah menginginkan seseorang seperti ini sebelumnya. Tidakkah kau tahu malam kemarin adalah malam terindah dihidupku. Aku masih ingat bagaimana kau mengatakan kalau kau adalah tunanganku kepada Min Ah. Tau kenapa? Aku begitu bahagia, seperti masih ada tempat yang mungkin saja bisa aku isi dihatimu” ucapan Sehun benar-benar lembut.

Yuri menatap Sehun gugup “cukup. Bukankah aku tadi pagi mendengar bahwa yang tadi itu adalah yang terakhirnya yang mengusikku. Tidak bisakah kau menepatinya Sehun?” Sehun terhenyak, sebelumnya ia masih bisa mengembirakan sendiri hatinya untuk tetap tersenyum tapi kali ini ucapan Yuri begitu telak untuknya.

Sehun menginginkan Yuri, seperti hal yang paling berharga yang ia pernah temui didunia ini, ia tidak bisa lagi untuk mengatakan dia baik-baik saja pada dirinya sendiri. Sehun seperti benar-benar hancur. “apa sebegitu buruknya aku?” tanya Sehun lemah.

Yuri terdiam kaku dalam posisinya, dilubuk hatinya ia sebenarnya mengatakan kalau ia juga memiliki perasaan yang sama dengan pemuda itu. Tapi ia bukan Sehun yang mampu mengungkapkan perasaannya blak-blakan. Yuri selalu menutupinya, bukan karena ia egois, ini terlebih untuk Sehun sendiri. Mereka begitu berbeda dan Yuri tidak ingin Sehun akhirnya akan menyesal dan kecewa.

“baiklah, jika memang itu yang kau inginkan, aku akan melakukannya. Tapi sebelumnya aku ingin membuktikannya. Aku ingin pastikan kalau kau benar-benar tidak mencintaiku. Katakan kau tidak mencintaiku Yuri. Setelah itu aku akan benar-benar pergi. Kalau kau ingin aku akan menghilang darimu untuk selamanya.” Ucap Sehun.

Yuri semakin tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ini semuanya membuatnya gila. Otaknya sudah memerintahkan untuk mengatakan kebohongan itu, tapi entah kenapa mulutnya tidak bisa bergerak. Yang dilakukannya hanya terdiam, mulutnya benar-benar bungkam.

“kenapa? Kenapa kau diam? Apa kau tidak bisa mengatakannya? Apa kau sebenarnya juga mencintaiku?” Sehun menelungkupkan tengannya kewajah Yuri, membuat gadis itu menatap matanya.

“tidak, bukan seperti itu” Yuri hanya bisa berguman, sedangkan Sehun menyeringai melihat orang yang dicintainya itu gugup.

“Kalau begitu begini saja—“ Sehun menggantungkan kalimatnya. Namun setelahnya ia memiringkan kepalanya dan perlahan mendekati wajah Yuri. Sehun sebenarnya ragu, namun ia harus membuktikannya, ia harus benar-benar tahu apakah Yuri sungguh tidak mencintainya, agar lebih mudah baginya untuk meninggalkan gadis yang ia cintai itu.

Sehun cukup senang ketika ia menyadari bibirnya telah menyentuh bibir Yuri dan hal lain karena Yuri tidak mendorong atau bahkan langsung menamparnya. Namun, Yuri tetap saja terdiam membeku. Sehun sangat ingin Yuri membalasnya, untuk membuktikan perasaan gadis itu.

Dengan tidak sabaran, Sehun membuka bibirnya dan memangut bibir Yuri untuk menciumnya lebih dalam, namun yang tidak Sehun duga, dagu Yuri sedikit bergerak dan bibir gadis yang sejak tadi terdiam itu kini mulai terbuka. Yuri membalas ciuman Sehun meski agak ragu, sehingga membuat Sehun tersenyum dísela ciumannya.

Pemuda itu semakin yakin, Yuri memiliki perasaan yang sama dengannya, setidaknya masih ada ruangan untuknya dihati gadis yang dicintainya itu. Gadis itu seperti terbuai dan tak bisa berbohong lagi karena dia telah tertangkap basah sekarang. Yuri mengalungkan tanganya keleher Sehun dan membalasnya tanpa ragu.

Setelah beberapa menit, Yuri seolah sadar akan kebodohannya, ia dikalahkan oleh bocah yang ada didepannya. Semua perasaan yang sebelumnya ia sembunyikan tak bisa lagi ditutupi, Sehun telah menyadarinya.

“jadi? Apa aku harus pergi?” Sehun tersenyum jenaka seperti apa yang biasa ia lakukan. Yuri menunduk tanpa menjawab pertanyaan Sehun. “apakah kau masih tidak percaya padaku? Apa perasaanku ini masih belum bisa menyakinkanmu? Apa kita akan melakukan hal yang lebih dari tadi untuk membuatmu benar-benar jadi milikku?” Yuri melotot kearah Sehun.

“kau benar-benar gila Oh Sehun” tapi entah kenapa ucapan Yuri yang sekarang lebih lembut—bukan dengan nada marah. Sehun tertawa senang dan mengecup bibir Yuri sekilas sehingga membuat Yuri terpaku, namun setelah itu Yuri ikut tertawa. Setelah ini mungkin ia tidak peduli lagi, apapun yang terjadi nanti—bersama dengan Sehun. Ia akan selalu mendekap pemuda itu. Ia tidak peduli jika pada akhirnya ia harus kecawa atau ia akan mengecewakan Sehun. Tapi selama ia percaya pada pemuda itu, ia akan selalu membuatnya bahagia.

“Saranghae Yuri Noona” Sehun memeluk gadis itu, menumpahkan seluruh perasaannya dan mengalirkannya kearah gadis itu. Berharap gadisnya akan merasakan betapa gilanya Sehun mencintai gadis cantik itu.

END

17 thoughts on “Believe My Feeling

  1. Ommo~ annyeong author-nim !!
    aku baru nemu nie blog, apa dsni bnyk ff dg pair EXOYul ky’ ini ? Hhe~
    Ahh~ trserah buat ff lain, bt aku cuma pengen blg aku suka banget sama ff ini. -tulisanmu-
    Oya~ bisakah kenalan sblum’x ? Tetta imnida, 91 line. Bangapta /bow
    Err~ Sehunie sweet banget ! Pantang menyerah pula. Lucu wktu liat dy yg mengira hyung’x -Lulu- menjebak’x dgn mengatakan “dy lbh pantas mnjdi kakak iparmu” hha~ Sehunie’x nyolot gitu xD
    Bysa’x aku lbh suka liat pair HanYul & YoonHun. Bt kali ini aku suka banget liat YulHun 🙂
    Smoga msh ada lg ya tulisan” EXOYul dr kmu yg lain’x ^^
    Keep spirit & hwaiting, thor ..

    • Annyeonghaseyo eonnie. Aku haera, atau novi 96 line
      Ini masih blog baru. Tapi tenang aja, exoyul menantimu/?
      Aku juga lebih suka yulhan sama yoonhun. Tapi kalo dicerita ini emang harus aku jadiin yulhun >< gomawo udah baca eonnie. Ditunggu ya

  2. aaarrrggghhh yulhun jjang >________________________<
    sequel nya jsy ;____;
    yuri noona, jangan ragukan cinta sehun untuk mu (?) hahahaha

  3. ya ampuun sehun cinta bgt ama yuri padhal mereka beda umur .. sequel donk eonni .. pngen liet percintaan mereka yg beda usia … yuri bruntung bgt d sukain ama sehun mpe sgitunya 😉 .

Leave a comment